
Mengenal Apa Itu Bullying
Gerakan anti bullying semakin marak akhir-akhir ini. Di balik meja rapat, deadline ketat, dan obrolan di pantry, ternyata masih ada satu masalah serius yang sering luput dari perhatian: bullying di tempat kerja. Lingkungan profesional seharusnya jadi ruang tumbuh dan kolaborasi, tapi kadang justru berubah jadi arena tekanan psikologis yang bikin nggak betah.
Daftar isi
Mengapa Bullying Bisa Terjadi?
Langkah Memulai Gerakan Anti Bullying
Cara Mencegah dan Mengatasi Bullying
Bullying adalah tindakan menyakiti, merendahkan, atau membuat seseorang merasa tertekan secara psikologis, baik dilakukan secara terang-terangan maupun diam-diam. Di kantor, perilaku ini bisa terselip rapi dalam interaksi sehari-hari. Bisa jadi terlihat biasa, tetapi dampaknya luar biasa.
Berikut adalah bentuk-bentuk bullying di tempat kerja yang kerap dijumpai.
Bullying verbal
Komentar pedas, sindiran tajam, atau ucapan meremehkan termasuk kategori bullying verbal. Kadang dibungkus bercanda, tapi kalau terus diulang dan bikin seseorang merasa direndahkan, itu jelas bukan sekadar guyonan. Bentuknya bisa dari teriakan saat marah, olok-olok soal penampilan, sampai ucapan yang mengarah ke penghinaan pribadi.
Bullying Sosial

Bentuk ini lebih halus tapi efeknya bisa berpotensi lebih menyakitkan. Misalnya, sengaja nggak diajak ngobrol, diabaikan saat diskusi tim, atau dijauhi dari pergaulan kantor. Ada juga yang sengaja tidak dilibatkan dalam proyek penting padahal punya kapasitas. Lama-lama, korban merasa terisolasi dan nggak dianggap sebagai bagian dari tim.
Intimidasi atau Ancaman Halus

Bentuknya bisa berupa ucapan bernada mengancam, tatapan sinis, atau gestur tubuh yang bikin nggak nyaman. Kadang diselipkan dalam obrolan santai, tapi jelas terasa sebagai upaya menakut-nakuti atau menunjukkan dominasi.
Sabotase Pekerjaan

Pernah ada kerjaan yang tiba-tiba kacau karena “kesalahan kecil” yang bukan dari diri sendiri? Bisa jadi itu sabotase. Contohnya informasi penting yang sengaja disembunyikan file kerja dihapus diam-diam, atau laporan sengaja diubah supaya terlihat salah. Jenis bullying satu ini dapat menyerang reputasi profesional seseorang.
Mengapa Bullying Bisa Terjadi?
Bullying di tempat kerja seringkali muncul bukan karena satu penyebab tunggal, melainkan kombinasi dari berbagai faktor yang saling berkaitan. Di bawah adalah beberapa faktor yang menjadi penyebab bullying.
Faktor Individu
Beberapa orang merasa perlu menunjukkan dominasi atau istilah kerennya power play, terutama jika merasa posisinya terancam atau ingin menunjukkan siapa yang “berkuasa”. Di sisi lain, tekanan pekerjaan yang tinggi dan stres yang tak tertangani juga bisa membuat seseorang lebih mudah meledak, menyalahkan, atau menyudutkan rekan kerja.
Faktor budaya organisasi
Lingkungan kerja dengan struktur hierarki yang terlalu kaku bisa menciptakan jarak dan ketimpangan kekuasaan yang memudahkan tindakan sewenang-wenang. Kurangnya pengawasan atau mekanisme pelaporan yang lemah juga membuat pelaku merasa aman dan tak tersentuh.
Normalisasi perilaku merendahkan
Banyak kantor tanpa sadar telah melakukan normalisasi terhadap perilaku merendahkan. Misalnya, candaan bernada sarkasme, komentar menjatuhkan, atau gaya komunikasi yang kasar dianggap “sudah biasa” atau “cuma bercanda”. Jika terus dibiarkan, hal-hal kecil seperti ini bisa tumbuh jadi pola bullying yang merusak suasana kerja dan membuat karyawan merasa tidak aman secara psikologis.
Dampak Negatif Bullying

Sering dianggap sepele, bullying di kantor ternyata bisa meninggalkan luka panjang, bukan hanya pada korban, tapi juga pada seluruh ekosistem kerja. Simak dampaknya di bawah ini!
Dampak bagi korban
Korban bullying jelas merasakan dampak langsung seperti tekanan mental, kecemasan, dan rasa tidak dihargai. Semua hal di atas menggerogoti kepercayaan diri dan motivasi kerja. Performa menurun, absen meningkat, bahkan dalam jangka panjang bisa berujung pada masalah kesehatan yang serius. Yang lebih parah, banyak korban memilih diam karena takut dianggap lemah atau justru disalahkan.
Dampak bagi tim
Jika dilihat dari sudut pandang tim kerja, suasana yang penuh tekanan membuat moral menurun drastis. Bisa jadi rekan kerja jadi enggan terlibat, kehilangan rasa aman, dan perlahan-lahan semangat kolaborasi ikut memudar. Tim yang dulunya kompak bisa berubah jadi saling curiga dan penuh kecanggungan.
Dampak bagi perusahaan
Bullying ternyata juga merugikan perusahaan. Hal ini berkaitan denga tingginya angka resign, turunnya produktivitas, hingga rusaknya reputasi adalah risiko nyata. Lingkungan kerja yang toxic cepat atau lambat akan diketahui calon karyawan, klien, bahkan publik.
Memulai Gerakan Anti Bullying di Kantor
Membangun budaya kerja yang bebas bullying bukanlah tugas semalam, tapi semua bisa dimulai dari langkah kecil yang konsisten dan melibatkan semua pihak. Gerakan anti bullying akan berdampak nyata jika dimulai dengan komitmen yang kuat dan dijalankan secara menyeluruh, bukan sekadar formalitas di atas kertas.
RECTmedia meyakini bahwa produktivitas karyawan tidak hanya bergantung pada keterampilan dan target kerja, tetapi juga sangat dipengaruhi oleh lingkungan kerja yang sehat. Karena itu, RECTmedia secara aktif mendukung gerakan anti-bullying di kantor. Dengan mendorong budaya kerja yang positif, Rect Media berkomitmen membangun tempat kerja di mana setiap individu merasa dihargai dan mampu memberikan performa terbaiknya.

Komitmen dari pimpinan
Perubahan budaya tidak bisa berjalan jika para pemimpin hanya diam atau bersikap netral. Mereka harus jadi contoh nyata, menunjukkan bahwa bullying dalam bentuk apa pun tidak bisa ditoleransi. Komitmen ini bisa ditunjukkan lewat kebijakan yang jelas, keputusan yang tegas terhadap pelanggaran, dan gaya kepemimpinan yang inklusif dan empatik.
Sosialisasi nilai-nilai anti bullying
RECTmedia juga bergerak melakukan sosialisasi ke setiap karyawannya untuk memastikan seluruh tim memahami pentingnya saling menghormati dan menjaga etika profesional. Poster atau broadcast email akan sia-sia tanpa disertai sosialisasi yang memadai. Ruang diskusi dan dialog yang hidup akan lebih membangun kesadaran kolektif bahwa setiap orang punya tanggung jawab menjaga lingkungan kerja yang sehat.
Penyediaan kanal pelaporan yang aman
Banyak korban memilih diam karena takut dibalas atau tidak percaya kasusnya akan ditindaklanjuti. Di sinilah pentingnya sistem pelaporan yang anonim, profesional, dan dijalankan oleh pihak yang independen. Ketika karyawan merasa didengar dan dilindungi, mereka akan lebih berani bersuara.
Gathering 2022: Keseruan di Hotel Awann Sewu Hingga Rafting di Magelang
Cara Mencegah dan Mengatasi Bullying
Mencegah bullying bukan sekadar reaktif terhadap kejadian, tapi soal menciptakan sistem yang secara aktif menghambat bibit-bibit perilaku toxic tumbuh di lingkungan kerja. Evaluasi budaya kerja secara berkala penting dilakukan untuk memastikan nilai-nilai positif tetap hidup dan berkembang. Perusahaan bisa mengadakan survei anonim, forum diskusi, atau audit internal untuk mengukur sejauh mana lingkungan kerja sudah aman dan inklusif.
Dukungan psikologis bagi korban juga tak boleh dianggap remeh. Bagi mereka yang sudah mengalami bullying, butuh waktu dan bantuan untuk pulih. Menyediakan akses ke konselor profesional, ruang konseling yang privat, atau bahkan program healing bersama bisa membantu mereka kembali percaya diri dan merasa didukung. Ini bukan hanya soal empati, tapi bagian dari tanggung jawab perusahaan menjaga kesejahteraan mental karyawannya.
RECTmedia menunjukkan komitmennya terhadap lingkungan kerja yang sehat dengan menjadi salah satu kantor yang aktif mendukung gerakan anti bullying. Perusahaan ini menerapkan kebijakan internal yang tegas terhadap segala bentuk perundungan, baik secara langsung maupun tidak langsung. Dukungan ini memperkuat citra Rect Media sebagai perusahaan yang peduli terhadap kesejahteraan mental dan sosial seluruh timnya.
Akhirnya, gerakan anti bullying bukan soal satu-dua orang, tapi tanggung jawab bersama. Sudah saatnya kita mulai bergerak. Bangun sistem yang adil, bentuk budaya yang sehat, dan ciptakan ruang kerja di mana setiap orang bisa tumbuh tanpa rasa takut. Yuk, jadi bagian dari gerakan anti bullying di tempat kerjamu. Karena kantor yang sehat dimulai dari keberanian untuk peduli.